sumber : serambi
SINABANG
- Pabrik pengolahan ikan (cold storage) bantuan Islamic Devolopment Bank (IDB)
yang berlokasi di kawasan Lugu, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue
yang telah dioperasikan sejak hampir dua pekan lalu siap mengekspor ikan kaleng
ke berbagai negara. Pabrik ini dikelola oleh Pemkab Simeulue bekerja sama
dengan Aceh Ocean Coral (AOC).
Pendirian
pabrik ini diharapkan akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan, serta
menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) Simeulue.
M
Tajuddin, selaku ketua AOC yang ditanyai Serambi, Kamis (8/12) sore mengatakan,
jauh sebelum program ini berjalan, lembaga yang dipimpinnya itu telah melakukan
pembinaan pada nelayan tentang tatacara penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
Dan, hasil tangkapan nantinya akan diolah di pabrik cold storage Lugu sebelum
diekspor ke berbagai negara tujuan.
Di
pabrik ini, kata Tajuddin, ikan hasil tangkapan nelayan dibeli lalu dibersihkan
kemudian dipaket (packing) dan dibekukan untuk selanjutkan dikirim ke penampung
di Jakarta. “Dari Jakarta, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Simeuleu itu
diekspor ke mancanegara,” katanya.
Ia
mengatakan, potensi perikanan Simeulue sangat menjanjikan baik budidaya laut
ataupun perikanan tangkap karena memiliki luas perairan laut mencapai 21.487,80
km2. Melalui potensi yang luar biasa ini, tambahnya, AOC yang dipimpinnya
menjalankan pabrik cold storage dengan menggandeng pihak swasta yang sudah
berpengalaman di bidang pengolahan ikan dengan pangsa pasar go internasional.
“Pabrik
yang dijalankan AOC ini merupakan bantuan Islamic Devolpment Bank (IDB) yang
berkapasitas sekitar 100 ton. Sedangkan jenis ikan yang diolah di pabrik ini
meliputi ikan tuna untuk diekspor ke Amerika Serikat. Juga ikan kakak tua (ikan
bayam) nantinya diekspor ke Taiwan, Korean Selatan, Thailand, dan Singapura.
Sementara gurita untuk produk beku tujuan ekspor ke Taiwan dan Korea Selatan,”
jelasnya.
Dikatakannya,
ketiga kenis ikan itu sepenuhnya diproses di cold storage dengan mempekerjakan
tenaga lokal dan tenaga ahli yang didatangakan dari pulau Jawa dan sudah
menampung tenaga kerja sebanyak 30 orang.
“Bahan
baku yang diproses di pabrik ini semua berasal dari laut Simeulue, yang dibeli
dari nelayan atau para pengusaha perikanan di Simeulue,” ujarnya di tengah
kesibukannya memantau proses pengolahan ikan.
Hanya
saja, kata dia, target bahan baku produksi perharinya sekitar 3-5 ton saat ini
baru dapat dicapai satu ton per hari. Hal ini disebabkan, belum dilakukannya
sosialisasi tentang informasi pengolahan ikan ke seantero Simeulue sebab baru
berjalan selama hampir dua pekan.
Kendala
lainnya, kata Tajuddin, faktor cuaca juga bisa menghambat kurangnya pasokan
ikan ke pabrik lantaran nelayan tidak bisa menangkap ikan secara maksimal. Juga
di sekitar areal pabrik belum tersedia fasilitas air bersih menyebabkan pihak
pengelola terpaksa menggnakan mobil PAM untuk distribusi air ke pabrik dengan
biaya mahal dan listrik juga masih belum stabil.
Ia
merincikan, dalam membeli bahan baku dari nelayan dengan harga sangat tingggi
dibanding dengan harga penampung lainnya. Harga ikan tuna dibeli Rp 25.000/kg,
gurita Rp 28.000/kg. Sedangkan ikan bayam atau kakak tua dibeli dengan harga Rp
8.000/kg. “Target produksi untuk ketiga jenis ikan tersebut 120 ton per bulan,”
katanya.
Ia
melanjutkan, untuk bisa menampung seluruh hasil tangkapan nelayan di Simeulue,
minimal pabrik berkapasitas 500 ton agar bisa menampung seuruh jenis ikan.
“Saat ini AOC sedang menjajaki melakukan investasi dengan pihak asing dalam
kegiatan budidaya kerapu bebek dan kerapu macam, mudah-mudahan bisa berhasil,”
ketus pria berambut gondrong itu.
Kunjungi Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar