Harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Simeulue Rp.500/Kg |
Sumber : Serambi
SINABANG
- Harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Simeulue, yang
sebelumnya mencapai Rp 1.000 per Kilogram, saat ini jatuh hingga Rp 500/Kg.
Rendahnya harga jual sawit di daerah itu, menyebabkan petani tidak memanen buah
sawitnya, bahkan sawit itu dibiarkan membusuk di kebun.
“Para
pembeli buah sawit pun, sudah sebulan tak terlihat datang ke kebun-kebun kami
untuk menampung sawit yang telah dipanen,” kata Sajli, petani sawit di
Sinabang, Selasa (14/10). Padahal, biasanya para pembeli sawit langsung datang
ke perkampungan yang memiliki lahan perkebunan sawit, seperti di Kecamatan
Teupah Tengah dan di Simeulue Timur.
“Ini
disebabkan harga sawit turun menjadi Rp 500-Rp 600/Kg, dari sebelumnya mencapai
Rp 1.000/Kg. Kami sangat berharap harga sawit kembali normal seperti
sebelumnya, supaya petani kembali bergairah memanen buah sawit,” harapnya.
Wakil
Ketua DPRK Simeulue, Ferdinan, mengatakan bahwa rendahnya harga sawit karena
tidak adanya pabrik pengolahan sawit di daerah itu. Selama ini, buah sawit yang
dihasilkan dari Simeulue dibawa para pembeli ke pabrik di daratan Aceh.
Sementara, pabrik kelapa sawit (PKS) yang direncanakan, belum selesai dibangun.
Pihaknya
mengaku akan mendorong agar pembangunan PKS yang terdapat di lokasi Perusahaan
Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) segera diwujudkan. “Kalau PKS sudah siap
nanti, harga sawit bisa lebih tinggi dari harga yang sekarang, mengikuti harga
yang ada di daratan,” kata Ferdinan.
Direktur
Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) Ir Yazid, yang dimintai
tanggapannya menyampaikan, penyebab pembeli sawit tidak datang ke lokasi yang
memiliki lahan sawit, disebabkan kurangnya peran pihak terkait dalam
menyosialisasikan masa panen sawit kepada petani di daerah itu. Kalau panen
sawit petani dilakukan secara teratur, maka para agen yang menampung sawit bisa
mengatur waktu membeli buah sawit.
“Tidak
mungkin pembeli jika sawit yang akan dibeli hanya sedikit, mereka bisa rugi
lantaran harus mengeluarkan biaya besar untuk transportasi ke daratan. Saya
sering berkomunikasi dengan para penampung sawit di Simeulue, jawaban mereka
seperti itu,” katanya.
Karena
itu, menurutnya, penting sekali dilakukan sosialisasi agar panen sawit petani
teratur, untuk memudahkan agen penampung sawit.
Menyangkut
dengan pembangunan pabrik sawit milik PDKS, kata dia, saat ini sedang disiapkan
administrasi untuk melanjutkan pembangunannya. “Untuk pembangunan pabrik sawit,
sedang diselesaikan administrasi pembayaran termin ke tiga dan empat kepada
pelaksana sebelumnya. Kalau sudah selesai langsung dilanjutkan pembangunan
pabrik,” ujarnya.
Pihaknya
optimis, pabrik sawit milik daerah itu akan selesai pada April 2015 mendatang.
Dengan selesainya pabrik, maka tandan buah segar (TBS) milik petani maupun
milik PDKS tidak lagi dijual ke daratan Aceh dengan harga rendah seperti saat
ini.
Kunjungi Juga
www.distributor-nasaaceh.com I www.indo-larome.com
Kunjungi Juga
www.distributor-nasaaceh.com I www.indo-larome.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar