Kamis, 18 Desember 2014

Petani Biarkan Sawit Membusuk - Pemerintah Harus Turun TANGAN !

Petani Biarkan Sawit Membusuk - Pemerintah Harus Turun TANGAN
Harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Simeulue Rp.500/Kg


Sumber : Serambi

SINABANG - Harga tandan buah segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Simeulue, yang sebelumnya mencapai Rp 1.000 per Kilogram, saat ini jatuh hingga Rp 500/Kg. Rendahnya harga jual sawit di daerah itu, menyebabkan petani tidak memanen buah sawitnya, bahkan sawit itu dibiarkan membusuk di kebun.

“Para pembeli buah sawit pun, sudah sebulan tak terlihat datang ke kebun-kebun kami untuk menampung sawit yang telah dipanen,” kata Sajli, petani sawit di Sinabang, Selasa (14/10). Padahal, biasanya para pembeli sawit langsung datang ke perkampungan yang memiliki lahan perkebunan sawit, seperti di Kecamatan Teupah Tengah dan di Simeulue Timur.

“Ini disebabkan harga sawit turun menjadi Rp 500-Rp 600/Kg, dari sebelumnya mencapai Rp 1.000/Kg. Kami sangat berharap harga sawit kembali normal seperti sebelumnya, supaya petani kembali bergairah memanen buah sawit,” harapnya.

Wakil Ketua DPRK Simeulue, Ferdinan, mengatakan bahwa rendahnya harga sawit karena tidak adanya pabrik pengolahan sawit di daerah itu. Selama ini, buah sawit yang dihasilkan dari Simeulue dibawa para pembeli ke pabrik di daratan Aceh. Sementara, pabrik kelapa sawit (PKS) yang direncanakan, belum selesai dibangun.

Pihaknya mengaku akan mendorong agar pembangunan PKS yang terdapat di lokasi Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) segera diwujudkan. “Kalau PKS sudah siap nanti, harga sawit bisa lebih tinggi dari harga yang sekarang, mengikuti harga yang ada di daratan,” kata Ferdinan.

Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) Ir Yazid, yang dimintai tanggapannya menyampaikan, penyebab pembeli sawit tidak datang ke lokasi yang memiliki lahan sawit, disebabkan kurangnya peran pihak terkait dalam menyosialisasikan masa panen sawit kepada petani di daerah itu. Kalau panen sawit petani dilakukan secara teratur, maka para agen yang menampung sawit bisa mengatur waktu membeli buah sawit.

“Tidak mungkin pembeli jika sawit yang akan dibeli hanya sedikit, mereka bisa rugi lantaran harus mengeluarkan biaya besar untuk transportasi ke daratan. Saya sering berkomunikasi dengan para penampung sawit di Simeulue, jawaban mereka seperti itu,” katanya.

Karena itu, menurutnya, penting sekali dilakukan sosialisasi agar panen sawit petani teratur, untuk memudahkan agen penampung sawit.

Menyangkut dengan pembangunan pabrik sawit milik PDKS, kata dia, saat ini sedang disiapkan administrasi untuk melanjutkan pembangunannya. “Untuk pembangunan pabrik sawit, sedang diselesaikan administrasi pembayaran termin ke tiga dan empat kepada pelaksana sebelumnya. Kalau sudah selesai langsung dilanjutkan pembangunan pabrik,” ujarnya.


Pihaknya optimis, pabrik sawit milik daerah itu akan selesai pada April 2015 mendatang. Dengan selesainya pabrik, maka tandan buah segar (TBS) milik petani maupun milik PDKS tidak lagi dijual ke daratan Aceh dengan harga rendah seperti saat ini.

Kunjungi Juga

www.distributor-nasaaceh.com I www.indo-larome.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar