Kamis, 18 Desember 2014

Proyek embung atau waduk Sipuluh di Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue

 Proyek embung atau waduk Sipuluh di Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue
Kepala Bappeda Aceh, Prof Dr Abubakar Karim MS dan Kadis Pengairan Aceh, Ir Anwar Ishak, Selasa (12/11) meninjau lokasi proyek Waduk Sipuluh, yang telah dibangun 2004 sampai kini belum selesai.


sumber : serambi

BANDA ACEH - Proyek embung atau waduk Sipuluh di Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue, sampai sekarang belum juga selesai dikerjakan. Padahal pembangunannya sudah memakan waktu sembilan tahun dan menguras dana belasan miliar.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Prof Dr Abubakar Karim MS, mengaku tak habis pikir. Apalagi waduk yang dibangun itu bukan berskala besar, melainkan skala sedang, dengan luas areal sekitar 200x200 meter.

“Proyek ini telah membuat publik menilai negatif. Ada apa dengan Embung Sipuluh? Sejak tahun 2004 dibangun, tapi belum selesai sampai akhir tahun 2013 ini,” pungkas Abubakar.

Ia mensinyalir adanya permainan pejabat pada proyek tersebut, baik di jajaran teknis maupun non teknis. “Siapa yang bermain dalam proyek embung ini sebelumnya?” tanyanya lagi.

Sinyalemen Kepala Bappeda Aceh itu memang cukup beralasan. Ia menjelaskan, proyek Embung Sipuluh telah mulai dikerjakan sejak tahun 2004 dengan pagu anggaran mencapai miliaran rupiah yang bersumber dari APBN. 

BBR Aceh-Nias ketika itu juga ada mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk kelanjutan proyek waduk tersebut.

Tahun 2006-2007 alokasi dana ditiadakan, dan kemudian dialihkan ke APBA. “Pengalihan itu karena desakan masyarakat setempat, agar proyek embung itu segera diselesaikan untuk mengairi sawah,” ujarnya.

Namun pada tahun 2009, alokasi anggaran untuk kelanjutan pekerjaan menurun menjadi Rp 900 juta, tahun 2010 turun lagi menjadi Rp 500 juta. Tahun 2011 dana yang dialokasikan mencapai Rp 1 miliar, dan tahun 2012 tidak dialokasikan.

Tahun 2013, kembali dialokasikan dalam APBA murni Rp 1,7 miliar dan APBA Perubahan sebesar Rp 5 miliar. “Penambahan alokasi anggaran itu dilakukan karena rekanan telah bekerja melampui target dari alokasi anggaran APBA murni,” tutur Abubakar.

Dari data yang ada, total anggaran yang dihabiskan untuk proyek tersebut mencapai Rp 12,6 miliar. Namun itu hanya berdasarkan dari yang tercatat saja. Kemungkinannya, anggaran yang dihabiskan lebih besar lagi, karena ada beberapa alokasi dana yang tidak diketahui besarannya, seperti pada tahun 2004 dan dari BRR Aceh-Nias.

Meski anggaran yang dikucurkan sudah cukup banyak, tetapi sambung Kepala Bappeda, berdasarkan laporan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) anggaran itu masih belum cukup karena banyak pekerjaan sebelumnya yang harus dibenahi kembali.

Kondisi tersebut menurut Abubakar Karim, tidak hanya terjadi di Simeulue saja, tetapi juga terjadi di kabupaten/kota lainnya di Aceh. Indikasi tersebut kata dia, terlihat saat dirinya bersama Kepala Dinas Pengairan Aceh, Anwar Ishak, meninjau pembangunan waduk dan bendungan irigasi di sejumlah kabupaten/kota.

“Banyak proyek di kabupaten/kota, baik skala menengah maupun kecil, yang tak kunjung selesai meski telah menghabiskan anggaran Rp 5 miliar,” ucap Kepala Bappeda Aceh tersebut.

Kepala Dinas Pengairan Aceh, Ir Anwar Ishak, ketika dimintai penjelasannya terkait berlarutnya pembangunan Embung Sipuluh belum bisa memberi jawaban kongkret karena dia mengaku baru delapan bulan dilantik sebagai kepala dinas.

Ia hanya menjelaskan, kunjungannya bersama Kepala Bappeda Aceh bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi Embung tersebut. Turut serta bersama mereka Kabid Perencanaan dan PPTK agar bisa diketahui mana lagi yang perlu dibenahi, agar waduk bisa beroperasi pada tahun 2014 nanti.

Anwar juga mengaku setuju dengan konsep Kepala Bappeda Aceh, dimana mulai tahun 2014 nanti, setiap pelaksanaan pembangunan waduk, embung dan bendungan irigasi berskala sedang harus bisa selesai dalam waktu tiga tahun.


“Karena itu, usulan baru dan penyelesaian proyek waduk embung dan bendungan irigasi yang sampai kini belum tuntas, akan dikaji kembali secara menyeluruh dampak dari pembangunannya bagi peningkatan produksi pangan, untuk penyelesaiannya,” ujar Anwar Ishak.

Kunjungi Juga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar