sumber : serambi
SINABANG
- Warga di Pulau Siumat, Kabupaten Siemulue, Aceh, kesulitan air bersih,
sehingga mereka terpaksa menggunakan air yang kualitasnya tidak baik untuk
kesehatan. Kepala Desa Pulau Siumat Syahrul Ali di Banda Aceh, Jumat,
menyatakan, air bersih di daerahnya memang sangat sulit didapatkan, sehingga
warga terpaksa mengkonsumsi air sumur satu-satunya di daerah itu yang sudah
tercemar air laut.
“Air
yang dikosumsi itu juga harus dibeli dengan harga Rp25.000/drum,” ujarnya.Pulau
Siumat yang dihuni 86 kepala keluarga atau 292 jiwa itu memiliki geografis
struktur permukaan tanah hampir 100 persen didominasi batu cadas dan kerikil.
Dan sangat sulit menemukan sumber mata air serta tidak ditemukannya aliran
sungai.
Sumber
air bersih hanya ditemukan di salah satu sumur tua yang telah berusia puluhan
tahun, tepatnya di Pelabuhan Pulau Siumat, hanya terpaut 10 meter dari bibir
pantai laut, yang dikelilingi batu cadas berwarna hitam. Dan air bersih yang
dihasilkan sumur tua tersebut telah tercemar air laut.
Syahrul
menyatakan, upaya lain untuk memenuhi air bersih untuk minum seperti menampung
air saat hujan turun dan dibeli dari tempat penyulingan air bersih yang berada
di Kota Sinabang, berjarak lebih dari dua jam perjalanan laut, memakai jasa
perahu nelayan bermesin jenis robin berkekuatan 5-10 PK.
“Kami
ibaratkan air bersih khusus air minum, bagaikan barang mewah, karena kalau
tidak turun hujan, yang biasanya kami tampung, terpaksa kami beli dari kota
Sinabang, yang harus mengarungi laut, lebih dari dua jam perjalanan, kalau
dihitung perjalanan pulang pergi, lumayan lebih dari empat jam,” pungkasnya.
Pulau
Siumat, Kecamatan Simeulue Timur dan Pulau Teupah, Kecamatan Teupah Barat,
merupakan dua pulau, yang dianggap terpadat dihuni warga, sedangkan Pulau Lasia,
Kecamatan Teupah Selatan, paling sedikit dihuni. Dari empat pulau yang dihuni
tersebut, hanya Pulau Siumat, setia harinya mengalami krisis air bersih.
Keluhan
krisis air bersih, juga disampaikan pekerja bangunan fisik milik pemerintah,
Darwin, yang sedang membangun gedung SD Negeri 22 Simeulue Timur. “Material
cor, harus kita aduk dengan air yang berasal dari darat, kalau kita aduk dengan
air asin, dikhawatirkan mutu dan kekuatan bangun ini akan sangat jelek, dan
tidak tahan lama terpaksa kita beli air tawar,” katanya.
Persoalan
air bersih di Pulau Siumat, telah menjadi perhatian serius sejak definitifnya
Kabupaten Simeulue, namun sejumlah program Pemkab dan NGO untuk mengatasi air
bersih, namun mengalami kegagalan, seperti pengadaan bak penampung air bersih,
namun tidak berfungsi, karena sumber mata air tidak tersedia, selain hanya
mengharapkan hujan turun.
Kunjungi Juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar