Kamis, 18 Desember 2014

Warga Pulau Siumat Simeulu Kesulitan Air Bersih

Warga Pulau Siumat Simeulu Kesulitan Air Bersih


sumber : serambi

SINABANG - Warga di Pulau Siumat, Kabupaten Siemulue, Aceh, kesulitan air bersih, sehingga mereka terpaksa menggunakan air yang kualitasnya tidak baik untuk kesehatan. Kepala Desa Pulau Siumat Syahrul Ali di Banda Aceh, Jumat, menyatakan, air bersih di daerahnya memang sangat sulit didapatkan, sehingga warga terpaksa mengkonsumsi air sumur satu-satunya di daerah itu yang sudah tercemar air laut. 

“Air yang dikosumsi itu juga harus dibeli dengan harga Rp25.000/drum,” ujarnya.Pulau Siumat yang dihuni 86 kepala keluarga atau 292 jiwa itu memiliki geografis struktur permukaan tanah hampir 100 persen didominasi batu cadas dan kerikil. Dan sangat sulit menemukan sumber mata air serta tidak ditemukannya aliran sungai.

Sumber air bersih hanya ditemukan di salah satu sumur tua yang telah berusia puluhan tahun, tepatnya di Pelabuhan Pulau Siumat, hanya terpaut 10 meter dari bibir pantai laut, yang dikelilingi batu cadas berwarna hitam. Dan air bersih yang dihasilkan sumur tua tersebut telah tercemar air laut.

Syahrul menyatakan, upaya lain untuk memenuhi air bersih untuk minum seperti menampung air saat hujan turun dan dibeli dari tempat penyulingan air bersih yang berada di Kota Sinabang, berjarak lebih dari dua jam perjalanan laut, memakai jasa perahu nelayan bermesin jenis robin berkekuatan 5-10 PK.

“Kami ibaratkan air bersih khusus air minum, bagaikan barang mewah, karena kalau tidak turun hujan, yang biasanya kami tampung, terpaksa kami beli dari kota Sinabang, yang harus mengarungi laut, lebih dari dua jam perjalanan, kalau dihitung perjalanan pulang pergi, lumayan lebih dari empat jam,” pungkasnya.

Pulau Siumat, Kecamatan Simeulue Timur dan Pulau Teupah, Kecamatan Teupah Barat, merupakan dua pulau, yang dianggap terpadat dihuni warga, sedangkan Pulau Lasia, Kecamatan Teupah Selatan, paling sedikit dihuni. Dari empat pulau yang dihuni tersebut, hanya Pulau Siumat, setia harinya mengalami krisis air bersih.

Keluhan krisis air bersih, juga disampaikan pekerja bangunan fisik milik pemerintah, Darwin, yang sedang membangun gedung SD Negeri 22 Simeulue Timur. “Material cor, harus kita aduk dengan air yang berasal dari darat, kalau kita aduk dengan air asin, dikhawatirkan mutu dan kekuatan bangun ini akan sangat jelek, dan tidak tahan lama terpaksa kita beli air tawar,” katanya.


Persoalan air bersih di Pulau Siumat, telah menjadi perhatian serius sejak definitifnya Kabupaten Simeulue, namun sejumlah program Pemkab dan NGO untuk mengatasi air bersih, namun mengalami kegagalan, seperti pengadaan bak penampung air bersih, namun tidak berfungsi, karena sumber mata air tidak tersedia, selain hanya mengharapkan hujan turun.

Kunjungi Juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar