Kamis, 18 Desember 2014

Cold Storage Simeulue Siap Ekspor Ikan

Cold Storage Simeulue Siap Ekspor Ikan


sumber : serambi

SINABANG - Pabrik pengolahan ikan (cold storage) bantuan Islamic Devolopment Bank (IDB) yang berlokasi di kawasan Lugu, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue yang telah dioperasikan sejak hampir dua pekan lalu siap mengekspor ikan kaleng ke berbagai negara. Pabrik ini dikelola oleh Pemkab Simeulue bekerja sama dengan Aceh Ocean Coral (AOC).

Pendirian pabrik ini diharapkan akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan, serta menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) Simeulue. 

M Tajuddin, selaku ketua AOC yang ditanyai Serambi, Kamis (8/12) sore mengatakan, jauh sebelum program ini berjalan, lembaga yang dipimpinnya itu telah melakukan pembinaan pada nelayan tentang tatacara penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Dan, hasil tangkapan nantinya akan diolah di pabrik cold storage Lugu sebelum diekspor ke berbagai negara tujuan.

Di pabrik ini, kata Tajuddin, ikan hasil tangkapan nelayan dibeli lalu dibersihkan kemudian dipaket (packing) dan dibekukan untuk selanjutkan dikirim ke penampung di Jakarta. “Dari Jakarta, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan Simeuleu itu diekspor ke mancanegara,” katanya. 

Ia mengatakan, potensi perikanan Simeulue sangat menjanjikan baik budidaya laut ataupun perikanan tangkap karena memiliki luas perairan laut mencapai 21.487,80 km2. Melalui potensi yang luar biasa ini, tambahnya, AOC yang dipimpinnya menjalankan pabrik cold storage dengan menggandeng pihak swasta yang sudah berpengalaman di bidang pengolahan ikan dengan pangsa pasar go internasional.

“Pabrik yang dijalankan AOC ini merupakan bantuan Islamic Devolpment Bank (IDB) yang berkapasitas sekitar 100 ton. Sedangkan jenis ikan yang diolah di pabrik ini meliputi ikan tuna untuk diekspor ke Amerika Serikat. Juga ikan kakak tua (ikan bayam) nantinya diekspor ke Taiwan, Korean Selatan, Thailand, dan Singapura. Sementara gurita untuk produk beku tujuan ekspor ke Taiwan dan Korea Selatan,” jelasnya.

Dikatakannya, ketiga kenis ikan itu sepenuhnya diproses di cold storage dengan mempekerjakan tenaga lokal dan tenaga ahli yang didatangakan dari pulau Jawa dan sudah menampung tenaga kerja sebanyak 30 orang. 

“Bahan baku yang diproses di pabrik ini semua berasal dari laut Simeulue, yang dibeli dari nelayan atau para pengusaha perikanan di Simeulue,” ujarnya di tengah kesibukannya memantau proses pengolahan ikan.

Hanya saja, kata dia, target bahan baku produksi perharinya sekitar 3-5 ton saat ini baru dapat dicapai satu ton per hari. Hal ini disebabkan, belum dilakukannya sosialisasi tentang informasi pengolahan ikan ke seantero Simeulue sebab baru berjalan selama hampir dua pekan.

Kendala lainnya, kata Tajuddin, faktor cuaca juga bisa menghambat kurangnya pasokan ikan ke pabrik lantaran nelayan tidak bisa menangkap ikan secara maksimal. Juga di sekitar areal pabrik belum tersedia fasilitas air bersih menyebabkan pihak pengelola terpaksa menggnakan mobil PAM untuk distribusi air ke pabrik dengan biaya mahal dan listrik juga masih belum stabil.

Ia merincikan, dalam membeli bahan baku dari nelayan dengan harga sangat tingggi dibanding dengan harga penampung lainnya. Harga ikan tuna dibeli Rp 25.000/kg, gurita Rp 28.000/kg. Sedangkan ikan bayam atau kakak tua dibeli dengan harga Rp 8.000/kg. “Target produksi untuk ketiga jenis ikan tersebut 120 ton per bulan,” katanya.


Ia melanjutkan, untuk bisa menampung seluruh hasil tangkapan nelayan di Simeulue, minimal pabrik berkapasitas 500 ton agar bisa menampung seuruh jenis ikan. “Saat ini AOC sedang menjajaki melakukan investasi dengan pihak asing dalam kegiatan budidaya kerapu bebek dan kerapu macam, mudah-mudahan bisa berhasil,” ketus pria berambut gondrong itu.

Kunjungi Juga

Hasil Alam Alafan Sulit Dipasarkan

Hasil Alam Alafan Sulit Dipasarkan


sumber : Serambi

SINABANG - Pj Bupati Simeulue Ir Nurman Daud Shamad MM, didampingi wakil ketua DPRK Simeulue Asdarmansyah Mas SE dan kepala Dinas Pekerjaan Umum setempat, Ir Rasmal, melakukan kunjungan kerja (kunker) ke kawasan terpencil Simeulue, Sabtu (2/6), tepatnya di Kecamatan Alafan. Daerah ini merupakan salah satu kecamatan yang masih jauh dari sentuhan pembangunan, seperti jalan aspal, listrik serta sarana air bersih.

Di kecamatan ini Pj Bupati yang dilantik pada 4 April 2012 lalu itu memantau rencana proyek lanjutan pekerjaan jalan lingkar Simeulue antara Lewak Hulu menuju Lhok Makmur, Kecamatan Simeulue Barat. Hanya saja, secara kasat mata jalan tersebut belum mulai dikerjakan baru sebatas disurvei.

Akses jalan yang baru sebatas pengerasan menuju kawasan ini menyebabkan Pj Bupati Simeulue yang dalam perjalanan dengan menaiki mobil dinasnya BL 1 S, terpaksa harus naik turun dari mobil bila melewati jembatan dan gorong-gorong yang kondisinya sudah cukup parah.

Pada perjalanan dinas itupun, Nurman Daud Shamad, menyempatkan diri bertemu ramah dengan puluhan tokoh masyarakat di sana, yang berlangsung di aula SMPN 1 Alafan. Di hadapan masyarakat, ia mengakui untuk pemberdayaan ekonomi di Alafan belum begitu berkembang dan dari segi pembangunan pun masih belum maksimal.

“Hasil alamnya sulit dibawa ke luar, hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga saja, lantaran akses jalan dan infrastruktur lainnya masih minim,” katanya.

Ia juga menyinggung soal air bersih, di mana masyarakat di kawasan itu masih banyak menampung air hujan untuk kebutuhan rumah tangga. “Ini juga sebuah persoalan dan kita minta kepada kadis PU untuk segera membuat perencanaannya,” ujarnya dalam pertemuan yang juga dihadiri Kadis PU Simeulue itu.

Pada kesempatan itu juga Nurman, di hadapan tokoh masyarakat Alafan mengatakan, bahwa setelah pihaknya melakukan pembicaraan dengan General Manager PLN Aceh, bahwa pada tahun ini juga listrik diusahakan akan menyala di Kecamatan Alafan. 

“Langsung dari General Manager PLN Aceh mengatakan kepada saya bahwa listrik akan menyala di Alafan pada akhir tahun ini,” kata Nurman, yang disambut aplus dari puluhan tokoh yang hadir pada pertemuan itu.

Hanya saja, tambah dia, pihak PLN menyatakan kesulitan mengangkut material ke lokasi, mengingat jalan ke Alafan belum diaspal, baru sebatas pengerasan.

Seperti diketahui, di Kecamatan Alafan terdapat delapan desa yang sejak lama belum memiliki jaringan listrik. Selama ini, warga di sana hanya mengandalkan lampu teplok dan sebahagian memakai listrik tenaga surya.


Kawasan ini juga belum ada jaringan komunikasi menggunakan  handphone. Warga hanya mengandalkan telepon umum di tiap desa untuk berkomunikasi dengan saudara atau anak-anak mereka yang sedang menimba ilmu di luar Simeulue.

Kunjungi Juga

Warga Pulau Siumat Simeulu Kesulitan Air Bersih

Warga Pulau Siumat Simeulu Kesulitan Air Bersih


sumber : serambi

SINABANG - Warga di Pulau Siumat, Kabupaten Siemulue, Aceh, kesulitan air bersih, sehingga mereka terpaksa menggunakan air yang kualitasnya tidak baik untuk kesehatan. Kepala Desa Pulau Siumat Syahrul Ali di Banda Aceh, Jumat, menyatakan, air bersih di daerahnya memang sangat sulit didapatkan, sehingga warga terpaksa mengkonsumsi air sumur satu-satunya di daerah itu yang sudah tercemar air laut. 

“Air yang dikosumsi itu juga harus dibeli dengan harga Rp25.000/drum,” ujarnya.Pulau Siumat yang dihuni 86 kepala keluarga atau 292 jiwa itu memiliki geografis struktur permukaan tanah hampir 100 persen didominasi batu cadas dan kerikil. Dan sangat sulit menemukan sumber mata air serta tidak ditemukannya aliran sungai.

Sumber air bersih hanya ditemukan di salah satu sumur tua yang telah berusia puluhan tahun, tepatnya di Pelabuhan Pulau Siumat, hanya terpaut 10 meter dari bibir pantai laut, yang dikelilingi batu cadas berwarna hitam. Dan air bersih yang dihasilkan sumur tua tersebut telah tercemar air laut.

Syahrul menyatakan, upaya lain untuk memenuhi air bersih untuk minum seperti menampung air saat hujan turun dan dibeli dari tempat penyulingan air bersih yang berada di Kota Sinabang, berjarak lebih dari dua jam perjalanan laut, memakai jasa perahu nelayan bermesin jenis robin berkekuatan 5-10 PK.

“Kami ibaratkan air bersih khusus air minum, bagaikan barang mewah, karena kalau tidak turun hujan, yang biasanya kami tampung, terpaksa kami beli dari kota Sinabang, yang harus mengarungi laut, lebih dari dua jam perjalanan, kalau dihitung perjalanan pulang pergi, lumayan lebih dari empat jam,” pungkasnya.

Pulau Siumat, Kecamatan Simeulue Timur dan Pulau Teupah, Kecamatan Teupah Barat, merupakan dua pulau, yang dianggap terpadat dihuni warga, sedangkan Pulau Lasia, Kecamatan Teupah Selatan, paling sedikit dihuni. Dari empat pulau yang dihuni tersebut, hanya Pulau Siumat, setia harinya mengalami krisis air bersih.

Keluhan krisis air bersih, juga disampaikan pekerja bangunan fisik milik pemerintah, Darwin, yang sedang membangun gedung SD Negeri 22 Simeulue Timur. “Material cor, harus kita aduk dengan air yang berasal dari darat, kalau kita aduk dengan air asin, dikhawatirkan mutu dan kekuatan bangun ini akan sangat jelek, dan tidak tahan lama terpaksa kita beli air tawar,” katanya.


Persoalan air bersih di Pulau Siumat, telah menjadi perhatian serius sejak definitifnya Kabupaten Simeulue, namun sejumlah program Pemkab dan NGO untuk mengatasi air bersih, namun mengalami kegagalan, seperti pengadaan bak penampung air bersih, namun tidak berfungsi, karena sumber mata air tidak tersedia, selain hanya mengharapkan hujan turun.

Kunjungi Juga

Banyak Lokasi Wisata di Simeulue belum Dikelola

Banyak Lokasi Wisata di Simeulue belum Dikelola


sumber : serambi

SINABANG - Sebanyak 43 titik lokasi wisata yang terdapat di Kabupaten Simeulue, perlu segera dibenahi. Sebab, lokasi wisata yang terbentuk secara natural di Simeulue itu belum seluruhnya terjamah dari segi fasilitas pendukung sebagai kawasan wisatanya.

Dari jumlah tersebut, hanya belasan lokasi saja yang kini aktif dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara (wisman), walau pun tidak semuanya terdapat prasarana yang memadai.

Adapun lokasi wisata aktif dikunjungi wisatawan lokal maupun wisman, yang terdapat di Simeulue, di antaranya wisata Pantai Busung, Ganting, Pulau Siumat, kawasan Makam Teungku Diujung, Nancala, Naibos, Alus-alus, Teluk Sibigo, Laut Tawar, Babang, Pulau Mincau, Pulau Panjang dan Pulau Sefelak.

“Sedangkan lokasi-lokasi wisata lainnya ada juga pengunjung, namun tidak seramai di tempat wisata yang sudah sering dikunjungi tersebut,” ujar Kadis Disbudparpora Simeulue, Ir Sukoco Erwan, saat berbincang dengan Serambi Kamis (15/11) di Sinabang, seraya mengatakan bahwa sebayak 43 lokasi wisata di Simeulue itu, sudah terdata oleh instansi yang dipimpinnya.

Karena masih minim prasarana di tempat wisata, kata Sukoco, menyebabkan lokasi wisata tersebut kurang pengunjung. Padahal, kalau sarana penunjang di lokasi wisata sudah tersedia cukup banyak aktifitas yang bisa ditampilkan untuk menarik pengunjung ke tempat tujuan wisata.

“Banyak yang harus disiapkan di tempat wisata itu seperti panggung hiburan, pondok wisata, soevenir, ruang MCK, ini harus sudah ada di lokasi,” pungkasnya, seraya mengatakan instansinya tidak mampu berbuat lantaran terbentur dari segi anggarannya yang sangat minim.

Lebih lanjut, kata dia, hal yang paling utama diperhatikan mempromosikan lokasi wisata ialah akses jalan ke lokasi wisata disertai gerbang kawasan wisata. “Kalau itu sudah tersedia di lokasi wisata banyak bisa kita tampilkan berbagai macam atraksi budaya setiap akhir pekan untuk memikat pengunjung,” tandasnya.

Menyangkut trasportasi ke Simeulue, menurut mantan Kadis DKP itu menjadi kendala yang tengah dihadapi saat ini guna mempromosikan wisata kepulauan yang berdekatan dengan Samudera Hindia itu.

“Sangat berpengaruh sekali soal transportasi ini, pesawatnya kadang berangkat kadang tidak, belum lama ini juga pesawat Merpati sudah tidak terbang lagi ke Simeulue. Sedangkan lewat laut jumlah trip feri juga terbatas tidak setiap hari berlayar,” pungkasnya.

“Ini yang dikeluhkan visitor alias pengunjung wisatawan nusantara maupun wisman,” sambungnya. Pada kesempatan yang sama Ia juga menyebutkan, saat ini terdapat tiga lokasi pembinaan desa wisata di Simeulue, diantaranya Desa Pulau Siumat, Busung dan Ganting, ketiga desa itu diharapkan bisa menjadikan contoh bagi lokasi wisata lainnya yang belum mendapat wisata binaan. “Pembinaan desa wisata ini diharapkan berlangsung selama tiga tahun ke depan,” jelasnya.

Di sisi lain, tambah dia, sala satu lokasi wisata air terjun di Kecamatan Simeulue Tengah, paling diminata warga, saat ini tidak lagi berfungsi maksimal. Lantaran, air terjunnya tidak ada lagi kecuali curah hujan tinggi. “Wisata yang tidak lagi efektif seperti air terjun Putra Jaya, akibat dipengaruhi oleh aktifitas galian C di dekat lokasi berdampak pada lokasi wisata air terjunnya,” katanya.


Pihaknya pun, tidak dapat berbuat banyak mencegah atau melarang aktifitas di dekat lokasi wisata. Sebab aktifitas itu memiliki legalitas dan diketahui semua khalayak. “Harus didukung oleh semua pihak agar terwujudnya Simeulue Daerah Tujuan Wisata (DTW),” demikian Sukoco menjelaskan.

Kunjungi Juga

Manunggal Air Akan Terbangi Sinabang-Medan

Manunggal Air Akan Terbangi Sinabang-Medan


sumber : serambi

SINABANG - Maskapai penerbangan Manunggal Air yang dikelola PT Srikandi Mahardika Mandiri direncanakan akan mengisi transportasi udara di Kabupaten Simeulue dengan rute Sinabang-Medan. Informasi tersebut disampaikan Wakil Bupati Simeulue Hasrul Edyar SSos MAP yang secara khsusu menghubungi Serambi, Kamis (3/1/2013) malam.

Menurutnya, informasi bakal mengudaranya pesawat bermesin jet dengan kapasitas sebanyak 72 penumpang itu, setelah pihaknya melakukan komunikasi atau penjajakan dengan pihak pimpinan perusahaan tersebut di Jakarta baru-baru ini.

“Hasil komunikasi kita dengan perusahaan itu sudah memberikan gambaran bahwa transportasi udara Simeulue akan mendapat dukungan maskapai untuk melayani rute Sinabang-Medan dengan pesawat Manunggal Air berkapasitas 72 penumpang,” sebut Hasrul.

Dikatakan, menyangkut dengan harga tiket estimasi berkisar Rp 450 ribu hingga Rp 700 ribu per orang. Sementara jadwal terbang disesuaikan dengan jadwal yang digunakan Merpati Air sebelumnya, yaitu hari Selasa, Kamis, dan Minggu.

“Kita berharap Manunggal Air yang mengganti pesawat Merpati sejak beberapa bulan terakhir ini, pada akhir Januari ini sudah terwujud,” harap Wabup, yang dalam penjajakan itu turut didampingi Kadihubkomintel Simeulue dan Ketua DPRK setempat.

Lebih lanjut, kata dia, kerjasama yang tengah dijalin itu benar-benar terwujud demi untuk terpenuhinya pelayanan publik khususnya di bidang transportasi udara. Sehingga apapun kegiatan yang sifatnya mendadak tetap dapat terlayani. “Info yang kita terima bahwa pesawat ini hanya membutuhkn waktu 35-40 menit rute Lasikin-Polonia,” demikian Wabup Hasrul Edyar.


Kunjungi Juga

5.000 hektare pisang Abaca dibuka di Pulau Simeulue

5.000 hektare pisang Abaca dibuka di Pulau Simeulue
Menteri BUMN, Dahlan Iskan, didampingi Kadis Perikanan Simeulue, Bupati Simeulue, Riswan NS dan wakil Bupati Simeulue, Hasrul Edyar, Ketua DPRK dan Kapolres Simeulue, menekan tombol sirine saat peresmian Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Teluk Sinabang, di kawasan Lugu, Kecamatan Simeulue Timur


sumber : Serambi

SINABANG - PT Kertas Leces (Persero), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menandatangani perjanjian kerja sama (MoU) dengan Pemkab Simeulue dalam hal pengembangan tanaman pisang Abaca, yakni pisang yang menjadi bahan baku kertas termasuk untuk pembuatan uang kertas. Pisang yang sangat langka di daerah lain itu akan dikembangkan pada areal seluas 5.000 hektare.

Penandatanganan MoU berlangsung Sabtu (4/5) di lokasi PPI Teluk Sinabang, antara Bupati Simeuleu, Riswan NS dengan Dirut PT Kertas Leces, Budi Kusmarwoto, disaksikan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Dahlan Iskan pada kesempatan itu menjelaskan, pengembangan pisang Abaca di Simeulue akan segera diwujudkan, seiring dengan telah ditandatanginya MoU antara Pemerintah Daerah dengan PT Kertas Leces.

Dahlan mengaku sangat penasaran dengan pisang Abaca tumbuh liar di Simeulue. Untuk mengobati rasa penasarannya, ia langsung berkunjung ke Simeulue bersama dengan Dirut PT Kertas Leces. “Saya penasaran, pisang Abaca tumbuh di Simeulue, kok di daerah saya (di Megetan, Jawa Timur) tidak,” kata Dahlan Iskan yang tampil mengenakan sepatu kets yang mejadi ciri khasnya.

Saking penasarannya, Menteri BUMN ini sempat meminta masyarakat untuk naik ke podium menjelaskan kepadanya soal banyaknya pisang Abaca tumbuh liar di hutan Simeulue. “Saya ingin mendengarkan langsung dari masyarakat soal pisang Abaca di Simeulue,” ujarnya yang disambut aplus masyrakat yang memadati pelabuhan PPI Teluk Sinabang. 

Pisang Abaca, lanjut Dahlan, selain untuk bahan baku pembuatan kertas, juga bisa digunakan sebagai bahan pembuatan uang kertas.

Menteri BUMN Dahlan Iskan, juga mengatakan umur pisang Abaca yang sudah bisa diolah seratnya untuk bahan baku kertas, yakni batang bisang Abaca yang telah berumur delapan bulan.

Nantinya, kata Dahlan, penduduk Simeulue punya penghasilan tambahan dari penjualan pisang Abaca, yang akan ditampung oleh agen pengumpul ketika program itu berjalan dalam waktu dekat.

Pada kunjungannya ke Simeulue, Dahlan Iskan juga mengaku bangga dengan laporan capaian 96 persen pasokan listrik. “Sesuai laporannya bahwa Simeulue sudah 96 persen listriknya ini sangat membanggakan, berbeda dengan kabupaten lain ada yang masih 40 persen,” demikian Dahlan Iskan.

Bupati Simeulue, Drs Riswan NS, menyebutkan, antara Pemerintah Daerah dengan PT Kertas Leces akan mengembangkan pisang Abaca di areal lahan seluas 5.000 hektare.

Dia berharap kerja sama itu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Simeulue. “Kalau bisa bulan depan ini terwujud,” kata Riswan kepada wartawan sebelum meninggalkan lokasi PPI Teluk Sinabang.


Secara terpisah, Anggota DPRK Simeulue Rasmanudin H Rahamin mangharapkan dengan kedatangan Menteri Negara BUMN ke Simeulue bisa menularkan semangat hidup, kreatif, dan inovatif bagi masyarakat. 

“Kedatangan rombongan semakin menegaskan bahwa berbagai potensi alam Simeulue sangat menjanjikan, seperti lobster, cengkeh, bahan kertas uang dari serat pisang Abaca, dan hidrocarbon. Semua ini harus menjadi rahmat yang mensejahterakan rakyat Simeulue,” kata Rasmanudin.

Kunjungi Juga

Sumur Bor Milik Warga Simeulue Semburkan Gas

Sumur Bor Milik Warga Simeulue Semburkan Gas



sumber : Serambi

SINABANG - Puluhan kepala keluarga yang menghuni komplek pengungsian di kawasan Kuta Batu, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, digegerkan oleh temuan keluarnya gas dari salah satu sumur bor milik warga setempat.

Informasi yang diperoleh Serambinews.com Jumat (24/5/2013), sumur bor milik warga itu pada awalnya dibor tidak mengeluarkan air, hanya terlihat mengeluarkan gelembung di permukaan lubang sumur bor.

"Sumur itu dibor kira-kira awal Mei lalu, karena tidak ke luar air pemilik rumah memindahkan lokasi lain untuk dibor kembali, namun setelah beberapa lama sumur bor yang pertama itu diketahui warga mengeluarkan gas sejak kemarin karena melihat ada keanehan di lubang sumur bor pertama itu," kata Masrijal, serang penduduk setempat yang tinggal hanya beberap pintu rumah dari sumur bor tersebut.

Dikatakan, kedalamaN sumur bor milik warga mengeluarkan gas itu kurang lebih sembilan meter. Untuk membuktikan rasa penasaran, warga mencoba membakar kertas di permukaan lubang sumur dan terbukti terbakar ketika disulut dengan api.


Mengetahui hal itu, sejumlah pejabat daerah setempat langsung meninjau terkait informasi dari masyarakat setempat, atas kebenaran kejadian sumur bor mengeluarkan gas milik warga itu.

Kunjungi Juga.